“Terimakasih Ibu” #InoYuwono

Tanggal 4 Desember 2012 Fakultas Psikologino-yuwonoi Unair telah kehilangan guru terbaiknya, saya pikir memang begitu, guru terbaik di Fakultas Psikologi Unair. Seorang Christoporus Daniel Ino Yuwono atau C.D. Ino Yuwono atau biasa saya sebut Pak Ino telah berpulang ke sisi-Nya.

Tulisan ini mungkin merupakan satu penghormatan untuk Pak Ino yang sudah memberikan banyak hal bagi saya secara pribadi. Tidak semua hal yang telah Pak Ino berikan kepada saya bisa saya tulis secara menyeluruh disini, namun disini saya menuliskan satu hal yang membuat saya begitu kagum kepada Pak Ino.

Kisah ini terjadi saat kuliah MSDM yang diajar oleh Pak Ino. Materi yang dibahas adalah tentang job description. Semua berjalan seperti biasanya, Pak Ino ceramah di depan kelas, mahasiswa duduk manis sambil mendengarkan Pak Ino menjelaskan materi dengan gayanya yang sangat khas. Sedikit “mengerikan” namun tetap menarik.

Gambaran dosen killer memang masih sangat terlihat jelas dalam diri Pak Ino, meskipun Ia sudah tidak bisa lagi membohongi usia. Ya!, benar jika Pak Ino memang sudah terlihat tua dan sedikit rapuh, sesekali batuk-batuk dan kemudian menghirup semacam obat yang selalu Ia bawa. Namun, hal itu tidak bisa melunturkan “kehebatan” Pak Ino dalam mengajar, Ia masih sangat cakap dalam menjelaskan materi.

Saya hanya bisa terdiam sambil mengguman saat Pak Ino menjelaskan materi ini. “Gila banget ni dosen, teori dilahap, penemu teori dia tau, judul buku yang berisi teori itu tau, penulis bukunya juga tau, makan apa ini orang”. Itulah gumananku saat melihat seorang Pak Ino menjelaskan materi, sungguh sosok yang sangat jenius. Pak Ino terkadang memang terkesan sangat sombong dengan kejeniusan yang Ia miliki, namun Ia akan menjadi orang yang sangat rendah hati untuk mengakui apabila ada sesuatu yang Ia lupa ataupun yang Ia tidak tahu.

Saya sedikit tercengang saat Pak Ino mulai menggunakan wewenangnya, karena Ia bisa membuat sesuatu yang tidak ada menjadi ada apabila mahasiswanya tidak mampu memenuhi keinginannya. Permintaannya sederhana, hanya disuruh membawa makanan untuk teman-teman satu kelas, namun permintaan makanan yang harus dibawa itu yang membuat sedikit ngeri, karena makanan yang diminta seringkali sulit di cari. Meskipun begitu, Pak Ino tidak meminta mahasiswa membawa makanan untuk dirinya secara pribadi, memang perilaku Pak Ino yang satu ini terlihat sangat aneh sekali.

Pak Ino menyuruh beberapa mahasiswa untuk menuliskan apa saja yang biasa dilakukan oleh seorang ibu. Satu-per-satu mahasiswa yang ditunjuk mulai menulis pekerjaan apa saja yang biasa dilakukan oleh seorang ibu. Saya sempat terheran saat Pak Ino menyuruh untuk menuliskan pekerjaan yang biasa dilakukan seorang ibu, sama sekali tidak bisa memahami apa yang ada dalam pikiran Pak Ino saat itu.

Setiap mahasiswa yang disuruh Pak Ino untuk menuliskan apa saja yang biasa dilakukan oleh seorang ibu nampak kebingungan, bukan karena tidak tahu apa saja yang biasa dilakukan seorang ibu, namun karena begitu banyaknya yang biasa dilakukan oleh seorang ibu. Mulai dari bangun tidur sampai menjelang tidur selalu ada yang bisa dilakukan oleh seorang ibu. Sampai akhirnya Pak Ino menghentikan kegiatan itu dan membuat suasana kelas kembali tenang karena Pak Ino sudah mengambil alih kelas. Pak Ino menyuruh kami untuk menganalisis pekerjaan seorang ibu melalui apa yang sudah ditulis oleh teman-teman di papan tulis. “Gimana? Cuma gitu aja ta yang dilakukan ibumu di rumah?”, dengan serentak kami menjawab “Tidak Pak!”, tapi cuma itu saja yang bisa dituliskan karena begitu banyaknya yang dilakukan oleh ibu. Pak Ino mengatakan bahwa kami bisa menganalisis pekerjaan seorang CEO, manager, dsb, namun kami tidak bisa menganalisis pekerjaan seorang ibu yang setiap hari bersama dengan kami. Sungguh mengejutkan bagiku ketika Pak Ino mengutarakan hal itu, sama sekali tak terduga.

Singkatnya, Pak Ino mencoba membuat kami untuk lebih menghargai seorang ibu. Seseorang yang sering kami lihat, sering bersama kami, namun kami tidak mengatahui apa saja yang dilakukan oleh seorang ibu. “Sekarang udah tahu gimana pekerjaan ibu? Pernah kalian bilang terimakasih ke ibu kalian? Berapa kali?”, Pertanyaan-pertanyaan yang membuat saya secara pribadi terdiam membisu, tidak tahu harus berkata apa lagi, sangat tidak diduga jika Pak Ino mengatakan hal ini di kelas MSDM. Satu pelajaran moral dari seorang Pak Ino yang menurutku adalah peribadi yang kaku, sak karepe dewe dan “kejam”. Sebuah pelajaran yang tidak terduga dari Pak Ino, seorang seperti Pak Ino bisa menjadi mellow dengan berbicara tentang ibu. Saya tidak bisa lagi menuliskan bagaimana diri saya saat itu, pada intinya adalah Pak Ino luar biasa dan akan selalu saya ingat pelajaran ini.

Selamat jalan Pak Ino,,,

About ceritaciscus

segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA yang memberi kekuatan kepadaku -Filipi 4:13 Rahasia kasih adalah selalu melakukan pekerjaan bagi Tuhan dan tidak merasa keberatan karena pekerjaan itu adalah pekerjaan yang sepele. -F.W. Faber Kehendak Tuhan adalah hal yang terindah, terbaik dan paling membawa berkat yang dapat kita pahami. -Oswald Chambers

Posted on Desember 8, 2012, in ceritaciscus. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar